TOT-tot-tot. Suara bising dari klakson kapal laut membangunkan burung camar yang berjajar di atas kabel listrik yang melintang di pintu masuk Pantai Mabak. Mereka langsung mengepakan sayapnya terbang menjauh dari suara bising tersebut. Meski sudah menjadi teman akrab setiap hari, namun tetap saja telinga sang camar peka juga sehingga mereka memilih untuk meninggalkan dermaga menuju bukit-bukit hijau yang teduh nan nyaman. Suara deru mesin kapal fery serta suara klakson yang bersahutan dari tengah laut, memang menjadi salam penyambut para wisatawan sesampainya di Pelabuhan Merak.
Mentari bersinar terang meski saat itu waktu di jam tangan masih menunjukkan pukul 8 pagi. Akhirnya dari kejauhan sebuah sampan kecil bertenaga motor mendekat ke dermaga kecil di tepi Pantai Mabak. Satu per satu dari kami mulai meniti papan-papan yang telah usang di makan usia dan air laut.
Dermaga yang memiliki tinggi 2 meter dari permukaan laut dan memiliki panjang kurang lebih 20 meter menjorok ke tengah laut tersebut, merupakan satu-satunya akses bagi wisawatan menuju sebuah pulau eksotis di tengah laut, Pulo Merak Kecil.
Pulau nun indah di tengah laut tersebut adalah target destinasi wisata kami di Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pulau yang memiliki luas 4,62 hektare ini, berada di Kecamatan Pulo Merak, berjarak kurang lebih 10 kilometer dari pusat Kota Cilegon ke arah utara atau hanya berjarak 2 kilometer dari pintu tol Merak.
Saya dari Bandung ditemani beberapa teman semasa kuliah di FPOK UPI dulu di antaranya Beni Helmi, Iwan Bahrul Ulum, Nur Asuri, Hasan Solihin, Komarudin, Pupu Apipudin, Denden Heru, Asep Dadan dan Asep Mulyadi menggunakan kendaraan pribadi. Lima jam perjalanan tak terasa, akhirnya kami sampai di Cilegon. Di pintu keluar Tol Merak, empat sahabat kami semasa kuliah, Arie Khairul Fajri, Diar Erianto, Ujang Dindin dan Rudi Hadiningrat, telah menuggu. Sejenak beristirahat di sebuah rumah makan saung pinggir pantai, kami melepas rindu sembari melepas rasa lelah.
Cuaca pukul 3 sore di Merak memang sedikit mendung. Awan hitam menggelayut menunggu waktu untuk menjatuhkan hujan. Sayang impian kami untuk melepas sore ditemani sunset di tengah laut pun harus dikubur dalam-dalam karena memang untuk menyeberang ke Pulo Merak Kecil harus benar-benar mempertimbangkan keselamatan.
Kita bisa menyeberang ke sana jika cuaca cerah, angin normal dan gelombang laut tidak tinggi. Begitu tutur Danu, seorang anggota Karang Taruna Kecamatan Pulo Merak, yang menjadi tour guide kami menuju Pulo Merak Kecil.
Keesokan harinya, Minggu 28 Desember 2014, akhirnya kami berangkat ke Pulo Merak Kecil. Berangkat dari Kota Cilegon, kami hanya membutuhkan waktu 15 menit saja menuju Pantai Mabak. Setelah sampan penjemput merapat ke dermaga usang, satu persatu dari kami mulai menaiki sampan.
Pemberangkatan dibagi menjadi dua kloter, maklum sampan kecil itu hanya mampu mengangkut maksimal tujuh penumpang saja. Jarak antara Pulo Merak Kecil dengan dermaga Pantai Mabak kurang lebih satu kilometer atau lima menit menggunakan sampan bermotor.
Untuk sewa sampan ke Pulo Merak Kecil, wisatawan tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Cukup Rp 10 ribu saja pada hari biasa dan Rp 15 ribu setiap hari libur untuk sekali trip ke sana. Atau jika bawa keluarga, cukup sewa sampan bermotor Rp 200 ribu saja untuk maksimal tujuh sampai delapan orang.
Sekali-kali badan kami bergoyang ke kiri dan ke kanan di atas sampan. Gelombang saat itu memang normal, namun kedatangan beberapa kapal feri yang sedang merapat ke dermaga membuat air yang tenang jadi berontak hingga sampan kami sedikit terombang-ambing.
Dari kejauhan, tampak Pulo Merak Kecil. Kombinasi warna hijau dari pepohonan di tengah pulau dan warna putih dari pasir pantai, membuat mata kami tak berkedip mengagumi keindahan pulau tersebut. Sampan pun akhirnya sampai ke tempat persinggahan kami, Pulo Merak Kecil.
Kerikil-kerikil kecil menyambut kedatangan kami. Buih putih dari deburan ombak kecil saling kejar mengejar di bibir pantai. Dan gradasi biru hijau air laut, membuat mata kami terbelalak. Pasir putih yang lembut membuat kaki ini nyaman berlama-lama di atasnya tanpa alas kaki. Suasana panas tengah laut, terobati ketika badan ini bersentuhan dengan air laut. Dan akhirnya, pantai menggoda kami untuk berenang dan bermain-main dengan air.
Kumang (umang-umang) dan kepiting kecil menggoda kami. Mereka berlari kesana kemari seolah-olah menantang kami untuk mengejar mereka. Satu per satu dari kepiting dan kumang berhasil ditangkap. "Lumayan untuk koleksi aquarium di rumah," kata Ujang Dindin. "Bawa karangnya sekalian," timpal Denden Heru. Karena memang kumang dan kerang di Pulo Merak Kecil, bagus-bagus untuk dijadikan koleksi aquarium. (oktora veriawan)
http://jabar.tribunnews.com/2015/01/04/bertualang-ke-pulo-merak-kecil?page=2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar