Minggu, 19 April 2015

wisata air panas

Cerita Batu Kuwung

Penulis : Muhammad Nasheh Ulwan on Sabtu, 30 Maret 2013 | 00.03

DAHULU pernah hidup seorang saudagar kaya raya yang mempunyai hubungan sangat erat dengan kekuasaan Sultan Haji. anak dari Sultan Ageng Tirtayasa. Karena kedekatannya tersebut, sang Saudagar mendapat hak monopoli perdagangan beras dan lada dari Lampung. Tak ayal, usahanya pun maju pesat.
Harnpir semua tanah pertanian di desa-desa yang berdekatan dengan tempat tinggal sang Saudagar menjadi miliknya. la membeli tanah-tanah tersebut dari para petani dengan harga yang rendah. Biasanva setelah petani-petani tersebut tidak mampu lagi mernbayar hutang dengan bunga yang beranak-pinak dan sudah habis jatuh tempo kepada sang Saudagar.
Selain itu, sang Saudagar diangkat menjadi seorang kepala desa di ternpat tinggalnya. Tetapi ia menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan dengan memungut pajak yang lebih tinggi dari tarif yang diharuskan. Karena kekayaan dari kekuasaannya itu, ia menjadi orang yang sangat sombong dan seringkali bertindak sewenang-sewenang.
Sang Saudagar juga sangat kikir. Apabila ada orang, lain tertimpa musibah dan membutuhkan pertolongan, ia sama sekali tidak mau memberikan bantuan. Bahkan saking pelitnya, ia tidak mau menikah meskipun umurnya telah berkepala empat. Baginya. menikah dan memiliki anak adalah suatu pemborosan.
la hidup bermewah-mewahan, sedangkan orang-orang di sekitarnya dirundung kemiskinan, sehingga sangat beralasan, jika hampir semua penduduk desa membencinya. Untuk melindungi harta dan nyawanya saja, ia memelihara beberapa orang pengawal pribadi.
Syahdan, suatu hari di desa tempat tinggal sang Saudagar kaya raya itu, lewatlah seorang sakti yang menyamar sebagai seorang pengemis lapar dengan kaki pincang. Sebelumnya, Orang Sakti ini sudah tahu mengenai perangai buruk sang Saudagar, dikarenakan keburukannya sudah jadi obrolan rutin penduduk, di pasar atau di warung-warung kopi. la datang ingin memberi pelajaran dan menyadarkan sang Saudagar yang sombong dan kikir tersebut.
Maka, si Pengemis berkaki pincang yang tidak lain adalah seorang sakti itu mampir menemui sang Saudagar di rumahnya yang besar dan mewah. Si Pengemis mengutarakan maksudnya menemui sang Saudagar untuk meminta sedikit makanan pengganjal perut dan sedikit kekayaan sebagai modal usaha.
Tetapi sang Saudagar memang sangat kikir. Bukannya memberi, ia malah memaki-maki si Pengemis berkaki pincang.
"Hal pengemis hina, apa kau pikir kekayaan yang kumiliki sekarang ini jatuh begitu saja dari langit, heh?! Enak saja kau meminta-minta kepadaku, dasar pemalas!" hardik Sang Saudagar seraya mendorong tubuh si Pengemis berkaki pincang, hingga jatuh tersungkur mencium tanah.
Mendapat perlakuan seperti itu, si Pengemis berkaki pincang pun murka. la memperingatkan bahwa sang Saudagar akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya.
"Hai Saudagar yang sombong dan kikir, kau pun harus merasakan betapa lapar dan menderitanya aku!" ujar si Pengemis berkaki pincang. Setelah berkata demikian, segera si Pengemis berkaki pincang raib dari pandangan mata. Melihat kejadian tersebut sang Saudagar terkejut bukan main.
Benar saja. Esok hari ketika sang Saudagar bangun dari tidur, ia tidak dapat menggerakkan kedua kakinya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menggerakkan kakinya, tetapi tetap saja tidak bisa. Sang Saudagar pun panik. la bertenak-teriak histeris. Para pengawal pribadinya segera berdatangan mendengar teriakan sang Saudagar tersebut.
Jadilah sang Saudagar menderita kelumpuhan pada kedua kakinya. la memerintahkan kepada pengawal pribadinya mencari tabib-tabib sakti untuk mengobati kakinya yang lumpuh. Ia menjanjikan imbalan yang sangat tinggi bagi slapa saja yang dapat menyembuhkannya.
Namun, meski sudah banyak tabib berusaha mengobati, tak satu pun yang berhasil. Oleh sebab itu ia pun berjanji akan memberikan setengah dari harta kekayaannya bagi siapa saja yang dapat menyembuhkannya dari kelumpuhan.
Si Pengemis berkaki pincang mendengar janji tersebut. Maka ia pun datang menemui sang Saudagar dan menjelaskan apa yang sebenarnya menjadi sebab kelumpuhan kaki sang Saudagar.
"Semua ini adalah ganjalan atas sifatmu yang kikir dan sombong. Agar kakimu sembuh dari kelumpuhan kau harus melaksanakan tiga hal. Pertama, kau harus bisa merubah sifat sombong dan kikirmu itu.
Kedua, kau harus pergi ke kaki Gunung Karang dan carilah sebuah Batu Cekung. Lalu bertapalah kau selama tujuh hari tujuh malam di atas Batu Cekung tersebut, tanpa makan dan minum. Dan ingat, apa pun yang akan terjadi jangan sampai kau membatalkan pertapaan yang kau jalani.
Ketiga, apabila kakimu sudah sembuh seperti biasa, kau harus memenuhi janjimu untuk merelakan setengah dari harta kekayaan tersebut kepada orang-orang miskin di tempat tinggalmu". Setelah berkata demikian, lagi-lagi si Pengemis berkaki pincang tersebut raib begitu saja dari pandangan mata. Sang Saudagar pun sadar bahwa si Pengemis berkaki pincang tersebut bukan orang sembarangan.
Kemudian berangkatlah sang Saudagar dengan menggunakan tandu yang digotong oleh dua orang pengawal pribadinya, menuju ke kaki gunung Gunung Karang. Setelah berhari-hari melakukan perjalanan melewati jalan setapak yang dikelilingi semak belukar dan pepohonan yang lebat, akhirnya sang Saudagar tiba di kaki Gunung Karang dan melihat sebuah Batu Cekung yang dimaksud si Pengemis berkaki pincang.
Karena perjalanan yang sangat melelahkan dan dilakukan tanpa istirahat, kedua orang pengawal pribadi sang Saudagar jatuh pingsan. Padahal Batu Cekung tersebut tinggal beberapa puluh langkah lagi jaraknya.
Terpaksa, dengan bersusah payah sang Saudagar merayap di tanah untuk mencapai Batu Cekung tersebut. Lalu ia pun segera bertapa di atasnya. Selama tujuh hari tujuh malam ia menahan rasa lapar dan haus karena tidak makan dan minum, juga bertahan dari bermacam-macam godaan lainnya, seperti binatang-binatang liar dan makhluk-makhluk halus yang datang mengganggu.
Pada hari terakhir pertapaan, keajaiban pun terjadi. Dari pusat Batu Cekung tersebut menyemburlah sumber mata air panas. Sang Saudagar menyudahi tapanya, lalu bersegera mandi dengan sumber mata air panas dari Batu Cekung tersebut. Keajaiban terjadi lagi, kedua kakinya yang semula lumpuh kini dapat ia gerakkan kembali.
Seperti janjinya semula, maka sang Saudagar membagi-bagikan setengah dari harta kekayaannya kepada orang-orang miskin di sekitar tempat tinggalnya. Para petani di desanya diberikan tanah pertanian sendin untuk digarap. la juga kemudian menikahi seorang gadis cantik anak seorang petani miskin, yang menarik hatinya. Penduduk desa pun tidak lagi membencinya, ia kemudian dikenal sebagai seorang saudagar yang dermawan.
Apabila ada orang bertamu ke rurnahnya, sang Saudagar kerap kali bercerita, perihal keajaiban sumber mata air panas Batu Cekung di kaki Gunung Karang yang dapat menyembuhkan kelumpuhan kakinya. Lambat laun cerita dari mulut ke mulut itu pun tersebar luas. Banyak orang yang tertarik untuk mendatanginya. Konon, beberapa macam penyakit lain dapat sembuh apabila mandi dengan sumber mata air panas Batu Cekung tersebut.
Kini, orang-orang mengenalnya sebagai objek wisata sumber mata air panas "Batu Kuwung" (yang berarti batu cekung). Objek wisata yang belum dikelola secara profesional ini, masuk ke dalam wilayah Kecamatan Padarincang, Ciomas, berlatar belakang kaki Gunung Karang.
http://legendabanten.blogspot.com/2013/03/cerita-batu-kuwung.html

Travelling Bertualang ke Pulo Merak Kecil

TOT-tot-tot. Suara bising dari klakson kapal laut membangunkan burung camar yang berjajar di atas kabel listrik yang melintang di pintu masuk Pantai Mabak. Mereka langsung mengepakan sayapnya terbang menjauh dari suara bising tersebut. Meski sudah menjadi teman akrab setiap hari, namun tetap saja telinga sang camar peka juga sehingga mereka memilih untuk meninggalkan dermaga menuju bukit-bukit hijau yang teduh nan nyaman. Suara deru mesin kapal fery serta suara klakson yang bersahutan dari tengah laut, memang menjadi salam penyambut para wisatawan sesampainya di Pelabuhan Merak.
Mentari bersinar terang meski saat itu waktu di jam tangan masih menunjukkan pukul 8 pagi. Akhirnya dari kejauhan sebuah sampan kecil bertenaga motor mendekat ke dermaga kecil di tepi  Pantai Mabak. Satu per satu dari kami mulai meniti papan-papan yang telah usang di makan usia dan air laut.
Dermaga yang memiliki tinggi 2 meter dari permukaan laut dan memiliki panjang kurang lebih 20 meter menjorok ke tengah laut tersebut, merupakan satu-satunya akses bagi wisawatan menuju sebuah pulau eksotis di tengah laut, Pulo Merak Kecil.
Pulau nun indah di tengah laut tersebut adalah target destinasi wisata kami di Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pulau yang memiliki luas 4,62 hektare ini, berada di Kecamatan Pulo Merak, berjarak kurang lebih 10 kilometer dari pusat Kota Cilegon ke arah utara atau hanya berjarak 2 kilometer dari pintu tol Merak.
Saya dari Bandung ditemani beberapa teman semasa kuliah di FPOK UPI dulu di antaranya Beni Helmi, Iwan Bahrul Ulum, Nur Asuri, Hasan Solihin, Komarudin, Pupu Apipudin, Denden Heru, Asep Dadan dan Asep Mulyadi menggunakan kendaraan pribadi. Lima jam perjalanan tak terasa, akhirnya kami sampai di Cilegon. Di pintu keluar Tol Merak, empat sahabat kami semasa kuliah, Arie Khairul Fajri, Diar Erianto, Ujang Dindin dan Rudi Hadiningrat, telah menuggu. Sejenak beristirahat di sebuah rumah makan saung pinggir pantai, kami melepas rindu sembari melepas rasa lelah.
Cuaca pukul 3 sore di Merak memang sedikit mendung. Awan hitam menggelayut menunggu waktu untuk menjatuhkan hujan. Sayang impian kami untuk melepas sore ditemani sunset di tengah laut pun harus dikubur dalam-dalam karena memang untuk menyeberang ke Pulo Merak Kecil harus benar-benar mempertimbangkan keselamatan.
Kita bisa menyeberang ke sana jika cuaca cerah, angin normal dan gelombang laut tidak tinggi. Begitu tutur Danu, seorang anggota Karang Taruna Kecamatan Pulo Merak, yang menjadi tour guide kami menuju Pulo Merak Kecil.
Keesokan harinya, Minggu 28 Desember 2014, akhirnya kami berangkat ke Pulo Merak Kecil. Berangkat dari Kota Cilegon, kami hanya membutuhkan waktu 15 menit saja menuju Pantai Mabak. Setelah sampan penjemput merapat ke dermaga usang, satu persatu  dari kami mulai menaiki sampan.
Pemberangkatan dibagi menjadi dua kloter, maklum sampan kecil itu hanya mampu mengangkut maksimal tujuh penumpang saja. Jarak antara Pulo Merak Kecil dengan dermaga Pantai Mabak kurang lebih satu kilometer atau lima menit menggunakan sampan bermotor.
Untuk sewa sampan ke Pulo Merak Kecil, wisatawan tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Cukup Rp 10 ribu saja pada hari biasa dan Rp 15 ribu setiap hari libur untuk sekali trip ke sana. Atau jika bawa keluarga, cukup sewa sampan bermotor Rp 200 ribu saja untuk maksimal tujuh sampai delapan orang.
Sekali-kali badan kami bergoyang ke kiri dan ke kanan di atas sampan. Gelombang saat itu memang normal, namun kedatangan beberapa kapal feri yang sedang merapat ke dermaga membuat air yang tenang jadi berontak hingga sampan kami sedikit terombang-ambing.
Dari kejauhan, tampak Pulo Merak Kecil. Kombinasi warna hijau dari pepohonan di tengah pulau dan warna putih dari pasir pantai, membuat mata kami tak berkedip mengagumi keindahan pulau tersebut. Sampan pun akhirnya sampai ke tempat persinggahan kami, Pulo Merak Kecil.
Kerikil-kerikil kecil menyambut kedatangan kami. Buih putih dari deburan ombak kecil saling kejar mengejar di bibir pantai. Dan gradasi biru hijau air laut, membuat mata kami terbelalak. Pasir putih yang lembut membuat kaki ini nyaman berlama-lama di atasnya tanpa alas kaki. Suasana panas tengah laut, terobati ketika badan ini bersentuhan dengan air laut. Dan akhirnya, pantai menggoda kami untuk berenang dan bermain-main dengan air.
Kumang (umang-umang) dan kepiting kecil menggoda kami. Mereka berlari kesana kemari seolah-olah menantang kami untuk mengejar mereka. Satu per satu dari kepiting dan kumang berhasil ditangkap. "Lumayan untuk koleksi aquarium di rumah," kata Ujang Dindin. "Bawa karangnya sekalian," timpal Denden Heru. Karena memang kumang dan kerang di Pulo Merak Kecil, bagus-bagus untuk dijadikan koleksi aquarium. (oktora veriawan)
http://jabar.tribunnews.com/2015/01/04/bertualang-ke-pulo-merak-kecil?page=2

wisata daerah cihunjuran,mandalawangi,pandeglang Banten

Sekilas Kerajaan SALAKANAGARA


S A L A K S A N A G A R A adalah kerajaan pertama di Nusantara yang didirikan oleh ARKHYTIREMA yang terdiri dari kumpulan-kumpulan negeri. Karena susah penyebutannya berubah menjadi S A L A K A N A G AR A.
peningalan
 Kerajaan Salakanagara, berdasarkan naskah Wangsakerta-Pustaka Rajyarajya Bumi Nusantara diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara.
Salakanagara dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajataputra. Salaka berarti perak, sedangkan nagara sama dengan kota, sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota perak, kota inilah yang disebut Agyre oleh Ptolemeus tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Salakanagara awalnya berbentuk suatu masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, bahkan namanya belum disebut Salakanagara, hanya dipimpin atau dikelola oleh penghulu. Aki Tirem merupakan penghulu dan penguasa kampung setempat. Nama lain Aki Tirem Luhurmulya adalah Angling Dharma dan Wali Jangkung, namun ada pendapat lain bahwa Prabu Angling Dharma lebih tepat pada Raja Dewawarman. Prabu Angling Dharma terkenal sebagai kisah cerita rakyat (folkore) masyarakat Bojonegoro.
Raja pertama Kerajaan Salakanagara adalah Dewawarman. Dewawarman yang merupakan duta dari kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhurmulya dengan puterinya bernama Pwahaci Larasati (orang sunda menyebut Dewi Pohaci), maka setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhurmulya diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I yang memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokopala Dewawarman Haji Raksagapurasagara sedangkan Dewi Pohaci diberi gelar Dwi Dwani Rahayu penyerahan kekuasaan tersebut terjadi pada tahun 122 M, dan pada saat itu diberlakukan pula penanggalan sunda yang dikenal dengan Saka Sunda. Rajataputra adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 326 M menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII). Salakanagara berdiri selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 M sampai 362 M. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra.
Penelusuran saya tentang kejayaan kerajaan Sunda yang dimulai dari Kerajaan Salakanagara diperkuat setelah membaca novel sejarah berjudul “Perang Bubat” disana dikemukakan pada dasarnya, hampir semua rumpun yang ada di tanah Jawa ini punya hubungan dengan Sunda. Sang Wretikandayun, pendiri Kerajaan Galuh, berputra Mandi Minyak. Mandi Minyak kemudian menjadi Raja di Bumi Mataram. Putra Mandi Minyak diantaranya adalah Senna. Kemudian Senna ini pun menjadi Raja Mataram. Senna berputra Sanjaya. Sanjaya ini termasuk ksatria keturunan Sunda yang gagah dan pandai berperang. Dia menaklukkan beberapa di wilayah Jawa Tengah. Berhasil menaklukkan kekuatan perompak di Selat Sunda yang di dukung Kerajaan Sriwijaya. Dan pada akhirnya Sanjaya pun berhasil mengalahkan pasukan Sriwijaya yang kala itu di perintah oleh Raja Sriwijaya Kelima.
Bangunan keraton megah yang pertama kali dibuat adalah di Pakuan, bernama Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Arsiteknya adalah Maharaja Tarusbawa, Raja Kerajaan Sunda. Keraton Kerajaan Sunda yang kala itu ibu kotanya terletak di Pakuan meiliki arti khusus. Lima bangunan megah yang berjajar yang disebut sebagai mandala, melambangkan kekuasaan Kerajaan Sunda. Mandala pertama disebut sebagai “Sri Bima”, melambangkan wilayah kekuasaan Sunda yang ada di Jawa Kulon. Mandala kedua diberi nama “Punta” melambangkan kekuasaan Sunda di sebagian wilayah Sumatra. Mandala ketiga bernama “Narayana” melambangkan kekuasaan Sunda di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mandala keempat bernama “Madura”, melambangkan kekuasaan di Madura dan sekitarnya. Kemudian mandala kelima disebut sebagai “Suradipati” melambangkan kekuasaan Sunda yang mencakup Bali dan Nusa Tenggara. Atas pengakuan ini pula, kelak di kemudian hari di Nusantara di kenal wilayah Sunda Besar dan Sunda kecil.
Kerajaan Majapahit yang kala itu menjadi Kerajaan terbesar di Asia Tenggara mengakui asal usul kerajaannya, Prabu Rajasanagara atau lebih dikenal dengan Hayam Wuruk bermaksud untuk meminang Putri mahkota kerajaan Sunda yaitu Dyah Pitaloka Citraresmi, kehendak Sang Raja sempat di cegah oleh Mahapatih Gajah Mada dikarenakan Sumpah Amukti Palapa yang telah terucap oleh Gajah Mada bahwa “Tidak akan makan buah palapa sebelum Nusantara dipersatukan di bawah Majapahit”, tapi Prabu Hayam Wuruk mengingatkan kembali bahwa Majapahit ini memiliki riwayat yang panjang, dan kesemuanya bermuara ke tanah Sunda. Sekarang aku beritahu, Sunda itu leluhur kami. Kami harus hormat pada mereka. Mungkin ini jadi masalah berat bagimu. Tundukkanlah seluruh negeri yang ada di Nusantara. Jadikan mereka negeri bawahan Majapahit kecuali Sunda. Dengan mereka, bahkan aku ingin mengentalkan kembali kekerabatan, Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk mengambil permaisuri dari tanah Sunda., ” Kata Sang Prabu.
Jadi cikal bakal Kerajaan Nusantara itu berasal dari Kerajaan Salakanagara, dari masa kejayaannya hingga masa keruntuhannya Salakanagara telah melahirkan kerajaan-kerajaan hebat di Nusantara. Sisa-sisa peninggalan berupa Menhir Cihunjura, dolmen, batu magnit, batu dakon, air terjun curug putri, pemandian Prabu Angling Dharma terdapat di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari, dan ujung kulon.
sumber:https://perjalanan21.wordpress.com/tag/cihunjuran-mandalawangi/

Waduk Mbrambang / Brambang riwayatmu kini

Waduk Mbrambang 

    Setelah wisata kecil ke waduk Delok yang saya kebingungan mau menyebutnya apa?Waduk Delok, Waduk Botok, atau Waduk Gondang? Sekarang kita meluncur beberapa kilometer ke arah utara jurusan Sragen yaitu Waduk Mbrambang. Yang benar Waduk Mbrambang atau Brambang? 
    Ada apa disana? mungkin sebagian tidak asing lagi dengan sate "jamu" yang setia nongkrong di tepi waduk. (Wisata sate jamu)
    Saya tidak akan membahas adanya sate sate di sana, atau bahkan berdirinya sebuah wisma karaoke di sana ( di seberang waduk Mbrambang), meskipun saya tidak melarang...loh kok?
    Waduk Mbrambang masuk daerah Kelurahan Wonokerso, Kecamatan Kedawung, kabupaten Sragen, kalau melihat ukuran waduk memang kecil di banding waduk di sekitarnya tapi lebih luas dari Waduk Dusan yang tak jauh dari Waduk Mbrambang ( Waduk Dusan masuk wilayah Kelurahan Jenggrik) Kecamatan Kedawung juga.
    Setiap perjalanan dari Sragen menuju Batu Jamus bisa di pastikan melalui dan bisa melihat waduk ini, ya tidak begitu banyak pemandangan di sana tapi kalau untuk cari tempat mancing buat yang hobi mancing bolehlah waduk Mbrambang jadi solusinya, terutama solusi murahnya.
    Sejak di lakukan pengerukan sedimentasi waduk beberapa tahun belakangan ini kembali terlihat fungsi utama waduk ini terutama untuk penampungan air sebagai persediaan di musim hujan, meskipun yang pasti hal itu pasti tidak mencukupi untuk kebutuhan air untuk pertanian di sekitar waduk tersebut. 
    Proyek pengerukan sedimentasi untuk ketiga waduk yaitu Waduk Mbrambang(Brambang), Waduk Delok dan Waduk Gembong sendiri menghabiskan dana dari pusat sekitar Rp 3 miliar. Dana yang lumayan besar untuk mengeluarkan sedimentasi sebanyak kurang lebih 55.000 meter kubik ( untuk di waduk Brambang). Sebagian besar hasil pengerukan dijual ke masyarakat sekitar waduk dengan harga yang beragam.
    Waduk Brambang di bangun sekitar tahun 1925 pada masa Belanda, kedalaman waduk yang awalnya sekitar 4,5 meter semakin berkurang karena sedimentasi lumpur sejak masa itu. Hal ini yang menjadi alasan PEMKAB Sragen untuk melakukan pengerukan pada tahap satu dan dua yang telah dilakukan beberapa tahun yang lalu menyadari pentingnya fungsi waduk sebagai penopang persediaan air untuk pertanian di sekitar waduk.
Waduk Mbrambang / Brambang riwayatmu kini
    Sebelah selatan waduk adalah bukit kecil, perkiraan saya adalah dulu merupakan tumpukan tanah dari pengerukan waduk pada waktu pembuatannya, sebelah barat adalah swah dan perkampungan , berhimpit dengan rumah rumah di sebelah utara adalah dukuh Brambang, sementara sebelah timurnya adalah jalan raya Sragen - Batu Jamus dan dukuhBrambang.
    Tidak salahnya meluangkan waktu sejenak duduk manis di sana bersama keluarga menikmati keindahannya meskipun terbatas tapi kelihatan ramai juga pada musim air melimpah, banyak sekali yang hobi memancing tak jenuh jenuhnya duduk seharian di sana.
     Kalau datang di musim kemarau tentunya pemandangannya seperti pada gambar di atas tapi tetap asik juga untuk duduk di rumput hijaunya. (weh) sambil facebook an tentunya.
    Itulah waduk Brambang yang juga orang menyebutnya Waduk Mbrambang dalam info kecil saya kali ini.

JALAN-JALAN YUKK.....


  

Cerita versi Bolang  
   Akhirnya tercapai juga keinginan sederhanaku sejak tahun lalu yaitu menapak kan perjalanan mengunakan angkutan di awali dengan moda transportasi kereta api dari serang ,jakarta,lalu menepi di Bogor ,lanjut perjalan dengan menggunakan angkot. Kenapa ampe di bilang keinginan sih? soalnya dulu ketika waktu pulang kerja  dari bandung via cianjur jakarta lewat puncak dan ini baru pertama kalinya tau yang namanya daerah puncak, pernah ada angan angan, kapan yah ke sini pake kereta, wah pasti indah sekali melewati panorama alam di sekitar nya. Dan ternyata memang benar, suasana alami dan pemandangan istewewa di sajikan di sepanjang jalan puncak. Hamparan perkebunan teh yang di mulai sejak Abad 19 yang pada waktu itu masih hutan belantara akan di alih fungsikan menjadi perkebunan teh dan peristirahatan para Gubernur jenderal pada masa itu sampai sekarang tetap berkembang bahkan menjadi komodoti tetap sebagian warga di puncak.

    Di sepanjang jalan di jumpai beberapa tempat penjualan oleh oleh khas daerah sini, dan beberapa tempat orang yang sedang duduk menawarkan sewa villa bagi para wisatawan yang mau berlama lama dan lebih merasakan panorama puncak dalam beberapa hari. 
Karena cita citanya cuma mau merasakan jalanan di puncak, makanya tidak berlama lama dan tidak harus sewa villa kan,, he he. 

 Gambar yang di hasilkan juga cuma ala kadarnya, nih